Jumat, 27 September 2013

Status Janda, Bukan Penghalang untuk tidak Berkarya

Status janda yang ditinggal meninggal oleh suami tercinta, sangat memprihatinkan dalam pandangan kaum perempuan pada umumnya, antara lain kekuatiran akan kesulitan perekonomian, mengurus hak asuh anak (bila memiliki anak), dan gosip. Kesemua hal ini tidak jarang membawa pengaruh yang buruk bagi kondisi fisik maupun mental para Janda. Lebih jauh lagi, jika hal-hal negatif ini tak dapat dikontrol dan tidak menemukan jalan keluarnya oleh para Janda, maka terkadang muncul stres yang berlebihan dan respon stres yang dapat membawa maut bagi orang yang menerimanya.  Untuk itulah Mitra Perempuan (MP) pada edisi kali ini,  menghadirkan sosok  “Janda”  Pdt. Ibu. Lie-lie Fua Lontoh,  ( wakil Bendahara Majelis Daerah Jawa Barat), juga Gembala  Jemaat di GPdI Plered Cirebon, untuk membagi berkat bagi kaum Perempuan khususnya para Janda dalam menyikapi statusnya. Saat ditemui di kediamannya  oleh MP ( Mitra Perempuan )


Awal Pernikahan
Tepatnya pada 31 Oktober 1973, saya menikah dengan  Martinus David Lontoh,  dikaruniai  Empat anak dari hasil pernikahan ku, Imelda Lontoh, Ribkah Lontoh, Ruth Natalia Lontoh dan yang Bungsu Rachel Lontoh. 29 Tahun membina Rumah tangga bukanlah waktu yang singkat, sebagai Hamba Tuhan tentunya ada banyak juga tantangan, problem dan masalah dalam membina Rumah tangga namun semuanya itu dapat dilalui bersama, tentunya dengan mengandalkan Tuhan.
Hingga pada Tahun 2002, Tuhan panggil suami tercinta pulang kerumah Bapa disurga, dimana sebelumnya terkena serangan stroke sampai 5 kali dan pada akhirnya Tuhan Panggil.

Awal Status Janda
Pada mulanya jujur,  menyandang status Janda itu emang saya rasakan sangat berat sekali menyesakkan hati, dimana yang biasanya suami yang banyak berperan dalam Jemaat dan keluarga sekarang semuanya harus saya lakukan sendiri tanpanya, tapi saat saya alami kondisi seperti itu Tuhan Kuatkan saya melalui suatu ayat dalam Yesaya 54: 5 : “ Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. “  ayat ini hidup sekali bagi saya, emang berat kehilangan suami namun, manakala hal itu harus terjadi ada janji Tuhan lewat Firman itu dan saya kembali dikuatkan.

Sebagai penyandang status janda, tidak jarang ada banyak pandangan yg Negatif terhadap Janda, ada saja omongan baik yg ngeremehin maupun  candaan, sindiran  yang miring, untuk itu saya selalu berusaha menjaga sikap baik dalam perkataan juga dalam pergaulan. Dan juga selalu berpikir positif dalam segala hal. Saat alami Status Janda juga selalu diingatkan bahwa kita tidak sendiri ada Tuhan yang menjaga dan melindungi.

Saya tidak mau sayang diri  sekalipun dlm kondisi Janda, ada masa-masa sulit dalam hidup pernah dialami  dan tidak ada seorangpun yang mau bantu, sanak saudara keluarga sekalipun sempat terpikir koq gitu ya sampai akhirnya saya sempat kehilangan simpatik sama keluarga, tapi Roh Kudus ingatkan saya Tuhan bicara sama saya Dia bilang Aku memberkati kam bukan lewat mereka, aku punya cara sendiri  sampai akhirnya saya minta ampun sama Tuhan, saya akhirnya percaya bahwa Tuhan itu Maha karya, dan saat saya mengandalkan Tuhan justru disitu Tuhan Memberkati saya.
Pdt. Lie-lie Fua Lontoh

Hadapi Kenyataan
Menurut saya bagi para janda, Kita itu  sdh dipanggil secara Khusus oleh Tuhan, dan Tuhan punya rencana yg sangat spesial buat kita pribadi  dengan tidak adanya suami, atau status janda,  bukan berarti Gagal rencana Tuhan dalam hidup kita, demikian Panggilan Tuhan itu sangat pribadi dan masing-masing ada anugrahnya.

Kejandaan kita itu bukan suatu musibah, bukan sesuatu yg sial, karena mati hidup itu ditangan Tuhan, kita lihat dari sisi positif nya saja, kita harusnya bersyukur bahwa kita bisa setia kepada suami sampai maut yg memisahkan kita, tugas kita ada nilai plusnya kalau sampai maut yg memisahkan.

Meskipun Status Janda tidak lantas membuat Hamba Tuhan ini merasa puas dengan apa yang ada,  sebaliknya beliau mengabdikan dirinya lebih luas lagi dalam Melayani Khususnya dalam Organisasi GPdI :

-          Menjadi ketua Komisi Wilayah Pelwap Periode 2003-2007
-          Bendahara Majelis Wilayah  Periode 2007-2009,
-          Ketua Majelis Wilayah IV dari 2009-2012
-          Wakil Bendahara MD Jabar 2012-sekarang

Motto Lie-lie Fua dalam melayani beliau menuturkan “bagi saya setiap tugas atau jabatan yg diberikan itu adalah tanggungjawab, yang harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Saya selalu ingat ini pekerjaan Tuhan”. Sekalipun ada tantangan baik dari dalam maupun dari luar seperti disepelekan dan kurang dianggap karena mungkin janda, kembali saya dikuatkan ini Pekerjaan Tuhan. Puji Tuhan Jemaat yg dilayani mereka semua juga mendukung.

Saat diminta tanggapannya mengenai Tabloid Mitra Perempuan edisi Perdana, beliau mengatakan “Tabloid Mitra Perempuan baik, cukup berbobot memberikan wawasan yang luas dan sebagai harapannya supaya tabloid ini bisa menjangkau sampai dipedalaman tanah air “
By Yra

Profil:

Nama Lengkap            :    Lie-lie Fua Lontoh. Nama Panggilan: Lely Lontoh
Lahir                            :   Martapura Sumatera Selatan, 15 September 1953
                Anak ke 7 Dari delapan Bersudara.
Sekolah Alkitab           :   Sekolah Alkitab Beji Tahun 1972 Angkatan 18