Indramayu – Bencana Alam Banjir yang melanda 12 Kecamatan di Kabupaten Indramayu Jawa Barat, pada Minggu 19 Januari 2014 yang lalu, merupakan bencana alam terparah dan tak terduga sebelumnya dimana biasanya hanya beberapa daerah saja yang terkena banjir dan hanya 20-30 sentimeter, kali ini ketinggian air mencapai hingga 1-2 Meter lebih dan meluas, tidak heran banyak pengungsi (korban Banjir) yang berusaha mencari tempat yang paling aman untuk dapat berlindung dari bencana banjir yang menerjang tempat pemukiman mereka hampir satu Minggu lebih.
Gereja Keristen Indonesia “ Bakal Jemaat Eretan “ ( GKI Bajem Eretan ) yang terletak di Desa Eretan Wetan Kec. Kandanghaur Kabupaten Indramayu, yang berdiri sejak tahun 1975 adalah satu-satunya Gereja di Kecamatan Kandanghaur yang membuka Pintu Gerejanya untuk menjadi tempat penampungan para pengungsi korban Banjir, sekaligus membuka dapur umum untuk menyediakan makanan dan minuman untuk para korban.
Menurut Pengurus Gereja Keristen Indonesia Drs. Rikel Tiwan (45), menceritakan saat air sudah naik disekitar pemukiman Gereja dan makin meninggi, ada salah satu warga yang memohon untuk diijinkan mengungsi di Gereja, perlu diketahui pastori Gereja saat itu terkena Banjir juga, hanya memang gereja tidak terkena banjir, jadi bisa dibanyangkan sebenarnya pada saat itu kondisi kamipun sedang alami kesusahan karena korban banjir juga, demikian kenang pria kelahiran Blora yang sudah 21 Tahun mengabdikan diri di GKI Bajem Eretan, namun karena sebagai orang percaya apalagi sebagai Hamba Tuhan, kita harus mewujudnyatakan kasih Tuhan kepada sesama dan saya berpikir inilah moment yang tepat untuk membantu dan menolong sesama apalagi mereka sedang butuh pertolongan saat itu, Rumah-rumah mereka sudah terendam Banjir cukup parah inilah Ibadah yang sesungguhnya dan tanpa pikir panjang saya langsung katakan pada mereka ya silahkan mengungsi di Gereja, sekalipun pada hari itu Minggu 19 Januari 2014, Ibadah terpaksa kami ditiadakan sebab Jemaat pun banyak yang terkena banjir rumahnya.
Jumlah Pengungsi saat itu berjumlah sekitar 140 orang, warga sekitar Gereja dari bayi sampai manula mereka tinggal selama satu Minggu, Kebutuhan logistik pada hari pertama sangat minim hal itu disebabkan dana kas Gereja khusus yang biasa disebut “Dana Tolong-menolong” untuk bencana tidaklah banyak sangat terbatas namun kami bergerak dengan Iman dan yakin Tuhan akan menyertai kami Yakin Tuhan tidak akan membiarkan umatNya kelaparan, Keadaan saat itu benar-benar mencekam, masyarakat dalam kondisi kekurangan bahan makanan dikarenakan banyaknya toko-toko sembako yang tutup, masyarakat dalam keadaan lapar dan haus saat itu, sempat ada isyu akan terjadi penjarahan namun kami coba menasehati dan melarang untuk supaya mereka tidak melakukan tindakan anarkis yang justru akan merugikan diri sendiri. Puji Tuhan Kami bisa menjadi Saksi Kristus setidaknya mengajarkan kebenaran dan kasih pada mereka.
Memasuki hari kedua dan ketiga Bantuan mulai masuk mengalir Khususnya dari Gerakan Kemanusiaan Indonesia ( GKI ) dimana anggotanya-anggotanya terdiri dari Gereja Kristen Indonesia di Cirebon, GKI Sindanglaut, GKI Jatibarang , GKI Tasikmalaya, GKI Kuningan, dan GKI Pamanukan, bantuan ini dengan berbagai rintangan dilalui tidak mudah untuk menjangkau tempat kami, karena jalur kendaraan Indramayu-Cirebon ada beberapa titik lokasi yang tergenang air setinggi satu Meter sehingga tidak bisa dilalui kendaraan umum, jadi kami terisolir namun Tuhan tolong bantuan sampai dengan selamat di lokasi Gereja dan langsung didata ada: Mie Instant, Air Mineral, Selimut, Pakaian layak pakai, alat tulis sekolah, Pempers, Minyak sayur dan Obat-obatan, Biscuit, sampai makanan Bayi, pokoknya semua lengkap Luar Biasa Wujud penyertaan Tuhan sekalipun alami musibah Banjir , kesusahan namun kami berkelimpahan bahkan kami dapat menyalurkan juga berkat –berkat tersebut ke Posko-posko Korban bencana banjir yang ada di wilayah kami dan juga kami salurkan ke Gereja sekitar untuk dibagikan kepada Umat Tuhan yang membutuhkan. Itu semua karena Tuhan yang menyertai umatnya dan ini menjadi kesaksian bagi warga masyarakat sekitar Gereja Kristen Indonesia Bajem Eretan.